Masyarakat Indonesia harus bersyukur dengan lahirnya Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) pada Selasa 9 Februari 2010. Asosiasi ini merupakankelompok aktivis dan akademisi lintas kampus. Kita berharap banyak semoga organisasi atau paguyuban semodel ini tumbuh sebanyak-banyak di di penjuru Tanah Merah Putih tercinta ini. Artinya, dengan cara ini akan meluas corong informasi bagi kawula rakyat di negeri ini. Sehingga, rakyat lebih melek matanya bahwa kondisi perekonomian dan politik Indonesia ini semakin hari didominasi pemikiran neoliberalisme dan dikuasai modal asing. Itu semua terjadi karena ulah segelintir orang yang telah tergadai moral agamisnya, terjual nasionalisme dan patriotismenya; namun memegang jabatan-jabatan penting dan pengambil kebijakan di negeri ini
Karena bagaimanapun dengan tercarutmarutnya ekonomi republik ini semakin hari semakin tak jelas arahnya (bagi rakyat kecil tentunya) adalah tak lepas dari peran terkutuk para Mafia Berkeley ini.
Mafia Berkeley adalah Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), namun memiliki sistem regenerasi yang mapan. Generasi awalnya adalah Prof. Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, JB Soemarlin, Adrianus Mooy, dan masih sangat banyak lagi. Yang sekarang dominan adalah Sri Mulyani, Moh. Ikhsan, Chatib Basri, dan masih banyak lagi. Mereka tersebar pada seluruh departemen dan menduduki jabatan eselon I dan II, sampai kepala biro.
Pemerintahan yang dikendalikan para ekonom Mafia Berkeley ini selain menunda pembayaran utang luar negeri selama beberapa tahun, mereka juga menggalang pembuatan utang luar negeri baru, dan membuka pintu bagi masuknya investasi asing secara besar-besaran ke Indonesia.
Tulisan hasil penelitian David Ransom mengungkapkan adanya rangkaian kerja sistematis keterlibatan Amerika Serikat melalui Mafia Berkeley sebagai pemegang otoritas kebijakan di dalam pemerintahan Indonesia. Termasuk kebijakan politik Amerika Serikat dengan dalih anti-komunisnya untuk menjerat bangsa-bangsa dan negeri-negeri lain untuk masuk ke dalam strategi kapitalisme global.
Sementara itu badan intelijen Amerika Serikat (CIA) telah menyusupi hampir semua badan, lembaga, kekuatan sosial politik, dan oknum-oknum penting untuk kemudian diperalatnya. Termasuk melibatkan yayasan-yayasan yang menyediakan dana-dana bantuan pendidikan semacam Ford Foundation dan Rockefeller Foundation, yang di samping sering memberikan bantuan-bantuan perlengkapan, tenaga-tenaga ahli, juga membiayai pengiriman mahasiswa- mahasiswa di luar negeri itu; adalah alat, pangkalan (sarang) dan kedok CIA untuk melancarkan operasi-operasinya ke berbagai penjuru dunia.
Sedangkan perguruan tinggi-perguruan tinggi seperti: Berkeley, Cornell, MIT (Massachussete Institute of Technology), Harvard dan lain-lain menjadi sarang dan dapur CIA untuk mencekokkan ilmu-ilmu liberal dan meng-amerika-kan para mahasiswa yang datang dari berbagai negeri (termasuk Indonesia) serta menggemblengnya menjadi agen dan kaki tangan AS yang setia. Bahkan banyak badan-badan pendidikan dan perikemanusiaan itu sekedar dijadikan kedok semata-mata untuk kepentingan CIA.
Untuk Indonesia di antaranya adalah Sumitro Djojohadikusumo, Widjoyo Nitisastro, Sadli, Emil Salim, Subroto, Barli Halim, dan Sudjatmoko. Menurut Ransom, mereka adalah orang-orang yang sengaja dipopulerkan sebagai kaum teknokrat-ekonom kaliber internasional sehingga dapat menduduki posisi-posisi penting dalam lembaga-lembaga pemerintahan melalui permainan bersama yang licik. Mereka selalu membentuk opini publik bahwa ekonomi akan porak-poranda jika Indonesia berani memutuskan hubungan dengan IMF/World Bank.
Kelompok ini sangat berbahaya karena (Mafia Berkeley) memang dirancang secara sistematis untuk mengontrol ekonomi Indonesia. Kebijakan ekonomi yang diambil berisi empat strategi utama, yakni: kebijakan anggaran yang ketat dan penghapusan subsidi, meliberalisasi keuangan, meliberalisasi industri, dan perdangangan serta melakukan privatisasi. Kebijakan yang mereka jalankan tersebut merupakan hasil rumusan dari IMF, Bank Dunia, dan USAID.
Sebutan MAFIA bagi Mafia Berkeley, selain karena mereka adalah sekelompok ekonom yang dirancang untuk mendukung hegemoni Amerika Serikat (AS) dan merusak ekonomi Indonesia, juga mendapatkan dukungan penuh dari lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank untuk selalu mendapatkan kekuasaan di Pemerintahan Indonesia di bidang ekonomi. Kelompok yang dikenal dengan Mafia Berkeley ini kebanyakan dari generasi pertamanya lulusan Program Khusus di Universitas Berkeley, California. Universitas Berkeley sendiri merupakan salah satu universitas terkemuka di Amerika. Para mahasiswanya terkenal progresif dan mayoritas anti Perang Vietnam.
Namun, program Mafia Berkeley dirancang khusus untuk orang Indonesia yang dipersiapkan untuk di kemudian hari menjadi bagian dari hegemoni global Amerika. Disebut mafia, mengambil idea dari organisasi kejahatan terorganisasi di Amerika, karena mereka secara sistematis dan terorganisasi menjadi alat dari hegemoni dan kepentingan global AS di Indonesia.
Kebijakan yang mereka ambil memang tidak pernah mempertimbangkan aspek kesejahteraan rakyat Indonesia. Mereka lebih memprioritaskan untuk melaksanakan perintah dari IMF dan Bank Dunia. Berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan justru menghambat kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Utang luar negeri, liberalisasi perdagangan dan keuangan, pencabutan berbagai macam subsidi (termasuk subsidi BBM) dan privatisasi yang menyerahkan aset milik negara pada pihak swasta maupun pemerintah asing.
Demi mencegah upaya lanjut dan membasmi Mafia Berkeley ini, tentunya rakyat semesta harus mengetahui dan memahami trik dan akal bulus mereka dalam menggiring negeri ini ke jurang kehancuran; laba pada kelompok mereka penderitaan berkepanjangan bagi rakyat kecil yang jumlahnya ratusan juta manusia.
Mafia Berkeley harus dijadikan tema Seminar Nasional yang menjadi kajian publik, umpamanya. Rakyat negeri ini harus mengetahui dan memahami trik dan akal bulus mereka dalam pemerintahan. Sampai kelak pada langkah akhir, Mafia Berkeley harus dijadikan "Agenda Rakyat Semesta" untuk diluluhlantakkan. Piye carane ?